Gold morning...
Suatu hari diahir tahun 2001, seperti biasa saya berangkat agak malas dari rumah di Bogor ke kantor di daerah Raden Saleh Jakarta. Iya, harus saya akui dalam beberapa tahun terahir, bangun tidur untuk pergi kerja ke kantor adalah hal yang paling menyebalkan dalam hidup, rasanya tersiksa sekali.
Jam menunjukan pukul 8:30, tapi saya masih diseputaran Cibubur, padahal jam masuk kerja pukul 8:00, terlambat memang. Ahirnya saya memilih untuk menelepon kantor dan mengatakan saya masuk setelah jam makan siang, melewati Cawang, saya arahkan mobil ke daerah Kuningan dan kemudian merapat ke Setiabudi Building. Jam menunjukan pukul 10:15, perjuangan yang luar biasa dalam menempuh kemacetan Jakarta, saya kemudian menuju ke sebuah Cafe yang cukup terkenal. Saat itu saya butuh sendiri, butuh merenung.
Setelah berbasa-basi, teman saya lalu bertanya: “Kamu dari tadi aku lihat seperti sedang mikirin sesuatu….”
Saya ahirnya menceritakan semua yang sedang saya pikirkan saat itu. Kemudian terjadilah dialog ini.
“Kalau kamu masih kerja di perusahaan sekarang, apakah ada kemungkinan karir kamu sukses?”, tanya dia.
“Kemungkinan itu ada”, jawab saya. Saya manager dengan umur paling muda saat itu, dan paling cepat, karir saya termasuk baik, dan terbuka untuk meraih puncak tertinggi.
“Ok, kalau kamu tetap bertahan di perusahaanmu saat ini, adakah kemungkinan karir kamu mentok/tidak berkembang atau bahkan hancur?”, lanjut teman saya.
Mungkin saja, ada beberapa teman di kantor saya yang awal karirnya cemerlang eh tiba-tiba kena kasus lalu grounded.
“Kalau kamu jadi berwirausaha, apakah ada kemungkinan kamu sukses dalam membangun bisnis?”, pertanyaan terus mengalir.
Saya jawab sangat mungkin, usia saya saat itu masih cukup muda untuk memulai usaha, punya modal dalam bentuk uang hasil dari pensiun dini. Masa sih nggak bisa sukses jadi pengusaha….
“Ok, pertanyaan terahir. Kalau kamu keluar lalu memulai berwirausaha, apakah ada kemungkinan usahamu itu gagal dan bangkrut?”.
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi, yang jelas kemungkinan saya gagalpun ada, tapi saya akan berusaha keras itu tidak akan terjadi.
“Nah, semua pilihan kemungkinannya sama, tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Lalu, ngapain kamu sibuk mikirin sampai ngelamun berkepanjangan. Apapun yang kamu pilih toh sukses dan resiko nya sama. Sama-sama tidak pastinya, putuskan saja apa yang menjadi impianmu, ikuti kata hatimu yang paling dalam, belajarlah untuk percaya pada intuisimu, apapun rintangannya kamu hadapi. Buat komitmen pada diri sendiri untuk melakukan itu terus menerus sampai apa yang kamu impikan berhasil menjadi kenyataan.
Comments
Post a Comment