(cerita singkat 1 Menit untuk esok yang lebih peka)
Beberapa waktu yang lalu, aku sedang berada di sebuah kereta api Bandung-Yogyakarta untuk mengikuti meeting organisasi. Pagi itu, aku sedang duduk santai membaca buku. Gerbong kereta mayoritas diisi oleh para lulusan SMA/sederajat yang aku dengar-dengar (baca: nguping) ingin mengikuti ujian masuk mandiri sebuah perguruan tinggi negeri di kota gudeg tersebut.
Sembari membaca, aku mendengar sedikit pembicaraan mereka.. “Hahahaha.. Kalo ga keterima, mampus lu jadi cleaning service!” “Anjay, hina banget.. lo lah tampang sekuriti!” “Ini nih si Feni (nama terdengar samar-samar dan disamarkan), cocok jadi kasir indomar*t” dan percakapan berlanjut ngalor ngidul adu profesi “tak terhormat” versi mereka.
Aku tertawa di dalam hati.. Tapi.. aku teringat percakapan singkatku dengan salah seorang mahasiswa kedokteran asal Jepang, namanya Hiroaki (Hiro), ketika dulu aku menjalani program pertukaran mahasiswa di Gunma, Jepang… (FLASHBASK TSUBASA LAH CERITANYA)
Saat itu aku sedang membeli onigiri di minimarket.. (Di cerita singkat ini, mohon ambil yang baik-baik saja)
“Whoooaaaa.. This onigiri is the best thing in this shop! Even if I was a cleaning service, I could still live with it!” (Azeeek.. Nih onigiri terbaek lah! Kalo gue jadi CS-pun, gue bisa idup dengan makan beginian) Ujarku ngasal.
Temanku Hiro hanya diam tersenyum kecil. *krik krik*
“Hmmm.. Hiro. sorry for this stupid question, is it a taboo thing to address ‘a cleaning service’ in the caste of society occupation?” (Hmmm... Hiro. Maaf nanya bego nih, apakah hal yang tabu kalo ngebahas CS dalam tingkat pekerjaan masyarakat?)
“Oh no.. no problem, Renza. But here, every job is honorable. As long as you give it your best and help people with good deeds, and the money you get from the job is not bad money.” (Oh kaga kok.. Tapi disini, semua pekerjaan itu terhormat. Selama kamu melakukan yang terbaik, bantu orang dengan niat yang baik, dan uang yang kamu hasilkan bukan uang yang buruk)
“Ah I see.. Maybe people from Indonesia should learn more about social tolerance from the Japanese.” (Hoo ngerti.. mungkin orang Indonesia harus belajar banyak soal menghargai sesama dari orang Jepang.)
.
.
.
Mengutip kata-kata Uwakku (Pak De), yang merupakan seorang konsultan veteran UNICEF di bidang pendidikan anak usia dini.
“Di Jepang, dari kecil sudah diajarkan tiga dasar utama: jujur, disiplin, dan MENGHARGAI SATU SAMA LAIN. Untuk poin menghargai satu sama lain, semua pekerjaan itu terhormat asal dilakukan dengan baik, benar, dan tidak merugikan orang lain. Hingga suatu hari mereka dewasa, ketika makan malam bersama rekan perusahaan, supir dapat duduk disandingkan dengan direktur sekalipun. Tidak ada yang salah disitu, duduk ya duduk saja. Sama-sama manusia dan sama-sama membangun perusahaan kok. Kecuali, ketika berbicara hal terkait deskripsi kerja, tentu masing-masing memiliki hak untuk menjawab sesuai bidangnya.”
Well, aku tak tahu bagaimana di negara lain. tapi ini Indonesia, negeri kita tercinta.
Menurutku pribadi, ada beberapa pekerjaan yang kurang terhormat, seperti: Pengemis, Penjaja seks yang tidak tobat-tobat, bandar dan pengedar narkoba, TUKANG PARKIR YANG DATANG DARI SEMAK BELUKAR BELANTARA KETIKA ORANG UDAH BERES MUNDURIN MOTOR/MOBIL DENGAN SUSAH PAYAH BARU DEH NIUP PELUIT PADAHAL NGEJAGAIN AJA KAGA, dan lain-lain you name it.
Lantas, apa yang salah dengan pekerjaan cleaning service?
Apa yang salah dengan pegawai swalayan?
Apa yang salah dengan satpam?
Apa yang salah dengan penjual koran di dekat kampus?
Apa yang salah dengan kuli bangunan?
Bukankah semua pekerjaan itu terhormat selama melakukannya dengan baik, benar, tidak merugikan orang lain, dan menghasilkannya dengan cara halal?
Tak ada cleaning service, lingkungan sekitar akan kotor. Tak ada petani, mau makan apa kita. Tak ada satpam, habis deh komputer kampus dicolong sama maling.
Hence, even when we were doing an “honorable” job we all said.. a pilot, a doctor, an engineer, an economist, a politician, or else.. If we didn’t do our job well, then we lost our own honor to ourselves. Moreover, if we did the corruption, we will be a disgrace to the society.. to the nation.. to the humanity.
Jadi.. di Indonesia, apakah pekerjaan yang terhormat itu?
Yang upahnya tinggi?
Yang jumlah SDM-nya yang langka?
Bukan Cleaning Service?
Bukan Satpam?
Bukan Supir?
Bukan Penjual Sapu Lidi?
Bukan Pedagang Bakso Keliling?
Meskipun mereka berjuang mencari nafkah dengan maksimal?
Meskipun mereka berpanas-panasan di teriknya siang?
Meskipun mereka basah-basahan di tengah derasnya hujan?
Meskipun mereka melakukannya demi menghidupi keluarga dengan cara halal?
Meskipun mereka memilih untuk tidak menjadi peminta-minta, yang mendapatkan uang lebih instan?
.
.
.
Oh Tuhan.. Maafkan kami.. Maafkan kami yang kurang menghargai sesama manusia..
Maafkan kami.. generasi yang angkuh.
-Fie
Comments
Post a Comment